Friday, May 1, 2015

Perjalanan hidup Rahmat shah





        Purple.com- Pasti pada tau dong, artis cantik raline shah? yang foto sebelah kanan. Ia adalah anak Rahmat shah (pemilik museum rahmat medan) yang foto sebelah kiri. ayahnya ternyata warga medan loh, kewarnegaraan indonesia  (meski muka nya bule :D ). ia terlahir dari pedesaan yang sederhana, dan menempuh hidup dengan perjuangan dari susah hingga sukses. subhanallah banget (motivasi buat saya :)) )
Untuk lebih lengkap lagi kisah hidup nya, saya mengutip dari pojokniaga.wordpress.com .cekhidott ;)
           Rahmat Shah lahir tanggal 23 Oktober 1950 setelah 12 bulan dikandung oleh ibunya, Hj. Syarifah. Ia anak laki-Iaki kedua dalam keluarga besar Gulrang Shah. Keluarga Rahmat tergolong keluarga besar, yakni 16 bersaudara, delapan lelaki dan delapan wanita. Mereka semua tinggal di sebuah kota yang bernama Perdagangan, Simalungun, Sumatera Utara.Saat duduk di bangku sekolah, entah karena memegang prinsip hidup yang diajarkan orang tua, prestasi Rahmat di bangku sekolah berjalan biasa-biasa saja. Bahkan rankingnya hampir selalu berada di urutan bawah. Kala anak-anak muda seusianya asyik menikmati keindahan dunia remaja, ia malah tetap sibuk bekerja keras di sebuah bengkel mobil milik keluarga untuk mencapai tekadnya. Hampir setiap hari ia bermandi keringat dan berlumur oli kotor. Setiap hari ia mengayuh sepeda membawa alat-alat mobil yang berat dan besar ukurannya hingga berpuluh kilometer jauhnya. Dengan kerja keras itulah ia kemudian tertempa menjadi seorang montir serta pekerja yang handal. 
            Sejak usia remaja (lebih kurang 14 tahun) ia sudah terbiasa melakukan proses belajar sambil bekerja atau lebih dikenal dengan istilah “learning by doing”. Ia rajin, ulet dan cepat beradaptasi dengan pekerjaan. Anif, kakaknya bertutur: “Saya selalu menugasinya membeli spare parts dengan mengendarai sepeda. Amat cekatan orangnya. Memakai tas punggung belakang sambil membawa plat baja dan tas besar yang diletakkan di boncengannya, ia mengayuh sepeda membawa pesanan spare parts dan peralatan berat untuk diperbaiki oleh tukang bubut. Karena kerajinannya, tepat janji dan ramah, salah seorang tukang bubut langganan bengkel saya, Pak Simin sangat sayang padanya dan memberinya seekor domba.”
Karena harus bekerja guna mencapai cita-citanya, ia terbiasa bangun pagi pukul enam dan sering kembali ke rumah dari bekerja dengan tangan, muka dan badan hitam-hitam kena oli kotor. Tidak jarang tiba di rumah sudah larut malam dan langsung terbaring kelelahan terkadang tanpa makan. Banyak sekali pengalaman pahit dan terhina yang dialaminya saat itu, akan tetapi justru hal tersebut yang memacu dan memotivasinya bekerja keras agar dapat berhasil sesuai dengan tekadnya. Begitulah pengorbanan dan perjuangan Rahmat. Ia merelakan sebagian masa remajanya yang indah dilalui dengan kerja keras. “Saya hampir tak punya kesempatan melewati serba-serbi masa remaja. Selalu sibuk bekerja dan belajar seluk-beluk usaha. Saya ingin menjadi seorang yang sukses,” tuturnya. Keinginan mencapai sukses merupakan motivasi dan pemicu yang kuat. “Saya harus sukses dan punya agar bisa membantu keluarga, teman-teman, bangsa, dan negara,” begitu tekad yang sudah tertanam di dalam hatinya sejak usia muda. Kepribadiannya yang memiliki semangat bekerja keras dan ulet, membuat Surya Paloh, pengusaha muda Medan yang sukses saat itu, menaruh simpati. Suatu hari, Surya Paloh (kini pengusaha dan publisher terkemuka di Indonesia, pemilik Surat Kabar Media Indonesia, Lampung Pos, Metro TV, dan berbagai usaha besar lainnya), mengajak Rahmat bergabung, bekerja pada perusahaan miliknya, PT Ika Diesel. Perusahaan ini menjadi agen tunggal mobil Ford dan memiliki workshop (bengkel) khusus yang lengkap, serta pembuat berbagai karoseri untuk badan truk dan bus berbagai model yang saat itu satu-satunya di Sumatera Utara.
             Rahmat menyambut tawaran itu dengan senang hati. Baginya bekerja di perusahaan mobil dan bengkel tidaklah sulit karena telah punya pengalaman bekerja di bengkel. Jabatan pertama di PT Ika Diesel sebagai workshop manager. Semua tugas dikerjakan dengan baik, bahkan seringkali melampaui target yang diberikan oleh bosnya.Saat bekerja di perusahaan tersebut, menurut Kwik Sam Ho (A HO), rekan kerjanya, Rahmat mampu melakukan lobi-Iobi yang luar biasa, terutama menerobos pasar asuransi dan perkebunan. Hampir semua merek kendaraan, di antaranya Toyota, Daihatsu, Chevrolet, Volks Wagen (VW), dan Ford menjadi langganan PT Ika Diesel karena approach dan janji Rahmat yang tepat. Ia selalu melakukan pekerjaan seperti perusahaan itu adalah miliknya. Itulah yang membuat karir dan namanya terus melejit dan dipercaya di mana-mana. Karirnya terus berkembang hingga ia dipercaya menjadi kuasa direksi dan akhirnya menjadi mitra usaha. “Kepercayaan penuh telah diberikan, semua fasilitas sudah ada, tinggal bagaimana meningkatkan prestasi yang dapat menguntungkan usaha. Untuk dapat menjangkaunya, kita harus konsentrasi pada pekerjaan, melakukan segala sesuatu dengan segera sebagaimana mestinya serta harus menganggap perusahaan itu milik kita, sehingga dapat merasakan pahit ruginya dan manis untungnya,” kenang Rahmat. Dua bersaudara, Surya Paloh dan Rusli Paloh, merupakan atasannya yang selalu memberi kesempatan dan mendorongnya agar berkembang menjadi seorang pengusaha. Melihat cara kerja, penampilan dan wawasan Rahmat yang mengesankan, mereka berdua yakin suatu saat Rahmat bisa menjadi orang sukses.
              Atas perkenan dan dukungan kedua bosnya, Rahmat berhenti dari PT Ika Diesel. Kemudian ia membuka usaha sendiri. Tahun 1980 ia mendirikan PT Unitwin Indonesia yang bergerak dalam keagenan berbagai produk dari dalam dan luar negeri, di samping supplier dan kontraktor. Ramalan Surya Paloh dan Rusli Paloh tentang masa depan Rahmat, menjadi kenyataan. Begitu ia membuka usaha sendiri, nama Rahmat cepat berkibar dan terkenal sebagai pengusaha muda yang ulet dan tangguh. Dalam waktu relatif singkat, kegiatan usahanya merambah ke berbagai proyek berskala besar. Mulai dari proyek pembangunan pabrik, jalan, irigasi, perumahan, sampai memasok alat-alat berat untuk perusahaan perkebunan. Wilayah ekspansinya terus meluas hingga ke Jakarta, Kalimantan, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Jepang, Korea, USA dan Kanada. Ia kemudian memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan memimpin usahanya dari sana pada tahun 1984, bersama isterinya, Rose, gadis Melayu asal Singapura yang disuntingnya pada tahun 1983 ketika berusia 33 tahun, yang memberinya tiga anak, satu puteri dan dua putra.
Selama tinggal di kota metropolitan, ia mengembangkan diri ke pergaulan bisnis yang lebih luas. Tekadnya untuk menjadi salah seorang pengusaha nasional yang tangguh makin besar. Ia bergaul dengan orang-orang penting, mulai dari birokrat, politisi, sampai militer. Dua orang jenderal yang kemudian dianggap sebagai pengganti orang tua di perantauan yang selanjutnya menjadi mitra usahanya ialah Jenderal TNI Widjojo Soejono, mantan Kaskopkamtib, dan Jenderal Pol. Widodo Budidarmo, mantan Kapolri.
             Bersama mereka, ia mendirikan PT Wiraco yang bergerak dalam perdagangan dan keagenan dari USA, Kanada, Singapura dan beberapa negara lainnya. Melalui kepemimpinannya yang ulet, gigih dan pantang menyerah, perusahaan ini berhasil memenangkan sejumlah tender proyek besar, di antaranya menjadi pemasok produk luar negeri dan Robco Canada untuk sejumlah perusahaan industri besar, seperti PT Krakatau Steel, Semen Padang, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung, PT PAL dan lain-Iain industri besar yang membutuhkan produk mereka. Dalam mengembangkan usahanya, Jenderal TNI Widjojo Soejono memiliki filosofi jitu yang hingga saat ini tetap dipegang dan diamalkan Rahmat, “Low Profile, High Profit”. Dari Jakarta, Rahmat juga membuka dan mengendalikan PT Agrowiratama, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit dan kakao dengan luas areal mencapai lebih kurang 11.000 hektar di Padang. Suatu hal yang patut menjadi kebanggaan baginya, ketika perusahaan besar dari beberapa negara, Kanada, USA, Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia, mendirikan sebuah perusahaan patungan (joint venture) di Singapura. Ia dipercaya menjadi Presiden Direktur. Suatu keper-cayaan internasional yang tidak mudah mencapainya.
               Tahun 1990, tatkala Gubernur Sumatera Utara mencanangkan program gerakan Marsipature Hutana Be, semacam ajakan kepada pengusaha kelahiran Sumut yang telah sukses di perantauan agar kembali memperhatikan tanah kelahiran, hati Rahmat tergugah. Setelah kurang lebih delapan tahun menetap di Jakarta, ia memilih untuk kembali ke daerah asal kelahirannya, Medan, Sumatera Utara. Ia kembali justru ketika begitu banyak peluang dan kesempatan di ibukota. Di Medan, ia mendirikan pabrik pengolahan aluminium PT Cakra Aluminium Industry (CAI), bekerja sama dengan salah seorang pengusaha daerah yang kemudian berubah menjadi Cakra Compact Aluminium Industries dan statusnya menjadi perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) karena bermitra dengan Compact Metal Industry, sebuah perusahaan Singapura.Saat ini PT Cakra telah go public di Singapura, juga telah menerima sertifikat IS0 9002. Selain itu, PT Cakra telah mengirimkan para tenaga kerjanya untuk belajar ke berbagai negara Eropa dan Asia. Hasilnya saat ini produksinya lengkap terpadu (integrated). Artinya, segala yang menyangkut aluminium dapat dilakukan oleh PT Cakra dari awal peleburan hingga tinggal pakai dengan kualitas standar internasional. Ia kembali menghidupkan PT Unitwin yang pernah ditinggalkan ketika ia hijrah ke Jakarta. Perusahaan itu kini kembali berjalan efektif mengelola berbagai kegiatan usaha: real estate, ekspor-impor, perdagangan, serta kontraktor. Salah satu karyanya yang kini sudah dinikmati manfaatnya oleh sebagian masyarakat kota Medan ialah Perumahan Cemara Hijau di Jalan Metal.
                     Dalam usaha perumahan yang dibangunnya ternyata membutuhkan perjuangan yang cukup berat, mungkin Rahmatlah satu-satunya pengusaha yang mampu mengalahkan Grup Lamtoro pada saat lelang penjualan lahan perumahan di Indonesia. Pihak Lamtoro merupakan milik keluarga Cendana, sehingga tidak ada yang bisa mencegah apa yang mereka inginkan saat itu. Rahmat cukup repot dan mengalami kesulitan menghadapi oknum Grup Lamtoro yang berupaya mengganjal usahanya. Namun, Rahmat yang berasal dari desa, dapat mengatasinya hanya dengan kuasa Tuhan Yang Mahakuasa. Ia bergabung kembali di Medan Club, sebuah klub eksklusif yang berdiri sejak tahun 1879. Tidak berapa lama kemudian, ia memberi penataran Perbakin di Medan Club. Lalu, ia mencalonkan diri dan terpilih sebagai Ketua termuda dan langsung mengadakan renovasi, pembangunan, dan penertiban. Penertiban yang dilakukannya pada awal memimpin klub dengan mengeluarkan 14 orang anggota yang tidak melaksanakan kewajibannya dan tiga orang pengurus yang tidak bisa menjaga amanah yang diberikan anggota. Dua tahun setelah habis masa jabatannya, ia terpilih kembali untuk periode selama empat tahun. Keberhasilannya mengembangkan dunia usaha dan kegiatan sosial kemasyarakatan menarik perhatian para duta besar serta diplomat asing dari berbagai negara ketika melakukan kunjungan kerja ke Medan, Sumatera Utara.
                  Rahmat oleh Kadin Sumut, sesuai dengan jabatannya dipercaya menjamu belasan duta besar dari berbagai negara di pabriknya PT Cakra. Di antara para duta besar itu terdapat duta besar dari Republik Turki. Melihat posisi strategis Rahmat dan potensi wilayah Sumatera Utara untuk kerjasama perdagangan bilateral, beberapa negara menawarkan kepadanya untuk menjadi diplomat mereka. Tetapi Rahmat memilih negara Turki karena negara ini bergabung dalam NATO dan memiliki latar belakang sejarah yang sangat luar biasa.
Tahun 1995 ia resmi diangkat menjadi Konsul Jenderal Kehormatan Republik Turki untuk hubungan perdagangan langsung meliputi wilayah Sumatera. Langkahnya mengembangkan dunia usaha di daerah membuat ia terpilih menjadi Warga Negara Indonesia yang mempunyai posisi terhormat dan memperoleh sejumlah penghargaan. Tahun 1999, ia memperoleh anugerah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Lincoln, San Fransisco, Amerika Serikat, atas prestasinya memadukan perkembangan dunia usaha dengan pertumbuhan ekonomi di daerah. Disertasinya untuk meraih gelar doktor tersebut mengulas tentang “Peranan Dunia Usaha sebagai Penopang Perekonomian Daerah.” Sebelumnya, tahun 1993, ia menerima penghargaan “Sahwali Award” dari satu Badan Pengawas Lingkungan dan Pemerintah di Bali, sebagai pengusaha yang berwawasan lingkungan. Kemudian tahun 1997, ia mendapat anugerah “Primaniyarta” dari Presiden Republik Indonesia yang diterima di Istana Negara karena perusahaannya dinilai paling berprestasi mengembangkan usaha ekspor non migas, tidak bermasalah dengan lingkungan, buruh, bank, pajak dan pihak-pihak lainnya, justru di tengah krisis ekonomi di mana sebagian besar perusahaan di tanah air sedang mengalami kehancuran.
                 Ia kini dikenal sebagai pengusaha, diplomat, pemburu kelas dunia, dan politisi (tahun 1999 terpilih menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Utusan Daerah Sumatera Utara), banyak membina dan memimpin organisasi. Sejumlah organisasi usaha dan kemasyarakatan yang turut dibinanya antara lain sebagai Dewan Kehormatan BPP HIPMI, Dewan Pembina Real Estate Indonesia (REI) Sumatera Utara, Dewan Pembina Asosiasi Manajer Indonesia (AMI), Dewan Pengurus Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS), Ketua Medan Club selama tiga periode (10 tahun), Ketua Dewan Pakar Inkubator Bisnis USU, pendiri Yayasan Rahmat, pendiri Yayasan Sumatera Lestari (Yasri), pendiri Pesantren H. Mohammed, Dewan Pembina YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) Medan, Dewan Pembina Yayasan UISU Medan, Dewan Penasehat Majelis Adat Budaya Melayu, dan Dewan Penyantun IAIN Sumatera Utara.

Subhanallah ya kan? :) orang yg sukses, gak ada yang langsung kaya dan tinggal enak nya aja, tetapi, mereka merintis dari susah dulu. Seperti kata pepatah, "Berakit-rakit kehulu, berenang renang ketepian. bersakit sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. 
Dengan kerja keras, sungguh-sungguh, dan berdo'a, insya allah sukses. Amiin :)